Presiden Joko Widodo meresmikan produksi smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik JIIPE, Gresik, Jawa Timur pada Senin (23/9). Dalam acara ini, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang turut berperan dalam mendorong hilirisasi industri tambang sebagai bagian dari kebijakan strategis pemerintah.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pembangunan smelter ini merupakan pencapaian penting, meskipun tidak mudah. Ia mengakui bahwa proses negosiasi dan perencanaan membutuhkan waktu yang panjang. “Setelah 30 bulan alhamdulillah hari ini bisa kita resmikan,” ujarnya.
Jokowi juga menekankan dampak positif smelter ini terhadap penerimaan negara. Menurut Presiden, fasilitas ini akan mampu mendongkrak pemasukan negara hingga mencapai Rp80 triliun per tahun dari berbagai sumber.
“Hitung-hitungan saya, penerimaan negara masuk kira-kira Rp80 triliun dari PTFI, baik berupa deviden, royalti, PPh badan, PPh karyawan, pajak untuk daerah, bea keluar, pajak ekspor, semuanya kira-kira angkanya seperti itu. Ini angka yang sangat besar sekali,” jelas Presiden.
Lebih lanjut, Jokowi menyoroti pentingnya mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan mulai mengolah sumber daya alam di dalam negeri. Dengan smelter ini, PTFI mampu memurnikan 1,7 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun yang berasal dari tambang di Papua.
Menteri BUMN Erick Thohir yang juga turut mendampingi Presiden dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa keberhasilan hilirisasi ini merupakan hasil dari komitmen kuat Presiden Jokowi. Ia mengapresiasi Presiden yang terus mengawal proyek-proyek strategis, termasuk smelter ini, sebagai bagian dari upaya meningkatkan perekonomian nasional.
“Hari ini kita bisa berdiri tegak di sini, ini terjadi karena komitmen Bapak Presiden. Bagaimana bapak punya visi, dorong, kawal, awasi, dan Bapak juga pastikan itu terjadi.” ujar Erick.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas juga memberikan laporan terkait penyelesaian proyek smelter ini, ia mengungkap bahwa smelter yang merupakan fasilitas jalur tunggal terbesar di dunia ini dapat selesai tepat waktu berkat dukungan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa smelter ini memiliki dampak ekonomi yang signifikan, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja. “Pada saat operasi penuh, (smelter) ini akan mempekerjakan kira-kira 2.000 orang, 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung dari Freeport Indonesi, dan selama masa konstruksi itu telah mempekerjakan tenaga konstruksi yang kumulatifnya jumlahnya mencapai 40.000 tenaga kerja,” ujar Tony.
Sesuai amanat izin usaha pertambangan khusus IUPK PTFI telah menyelesaikan dan mengoperasikan smelter baru ini untuk mendukung kebijakan hilirisasi. Smelter yang dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp56 triliun ini diharapkan menjadi tulang punggung dalam meningkatkan nilai tambah produk mineral dan mendukung agenda pembangunan industri di Indonesia. Dengan beroperasinya smelter kedua ini, PTFI menjadi perusahaan tambang tembaga yang terintegrasi dari hulu hingga Hilir.
Smelter ini merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia, dilengkapi dengan fasilitas utama pabrik peleburan dan pemurnian tembang dengan unit pemurnian logam mulia serta berbagai fasilitas pendukung. Produk utama smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, serta PGM (Platinum Group Metal). Produk samping antara lain asam sulfat, gipsum, dan timbal. Keberadaan fasilitas ini memastikan seluruh konsentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI sepenuhnya diproses dan dimurnikan di dalam negeri. (ARN)