Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Komjen Agus Andrianto terus menjadi perhatian publik. Kasus dugaan tambang batubara ilegal yang menyeret nama Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Komjen Agus Andrianto dalam upaya balas dendam Ferdy Sambo dan gengnya untuk mendongkel posisi Kabareskrim saat ini.
Jika Kabareskrim dan para petinggi Polri lainnya terindikasi terlibat, seharusnya pengusutan kasus ini terus dilanjutkan. Terseretnya nama Kabareskrim bermula dari pernyataan mantan anggota Polres Samarinda, Ismail Bolong, yang mengaku menyetorkan uang miliaran rupiah ke Komjen Agus. Namun, belakangan Ismail menarik pernyataannya.
“Gagal mendongkel kursi Komjen Agus Andrianto, belakangan persoalan pribadi diangkat soal gaya hidup mewah istri Kabareskrim Komjen Agus Andrianto dan jadi perbincangan. Tentunya cara-cara tidak bermoral dan fitnah dengan menyerang pribadi Komjen Agus Andrianto lewat istri bukan cara kesatria,” kata Hari Purwanto Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) dalam siaran persnya Kamis, (30/3).
Hari juga mengatakan, dengan mengatasnamakan warganet (netizen) mengungkap kehidupan istri dari Komjen Agus Andrianto dan sangat Terstruktur, Sistematis dan Masif (TSM) untuk menjegal jabatan saat ini dan menghubungkan ke kehidupan pribadi. Hari menyebut, peristiwa demi peristiwa yang dialami Komjen Agus Andrianto tidak lepas dari posisinya saat ini sebagai Kabareskrim Mabes Polri.
“Cara-cara picik kalau persoalan pribadi yang diserang, apalagi menyangkut keluarga. Karena gagal mendongkel lewat kasus Ismail Bolong lalu masuk dengan persoalan pribadi mengatasnamakan warganet (netizen)”, ungkapnya.
“Semoga Kabareskrim Agus Andrianto tetap menuahkan prestasi karena berbagai cara dilakukan secara TSM oleh orang-orang yang sakit hati akan keteguhan kebenaran langkah yang diambil dalam posisi sebagai Kabareskrim saat ini,” tutup Hari.