TANGSEL sebentar lagi Pilkada, tepatnya pada 2020 mendatang lantaran menjadi salah satu daerah yang kedapatan harus menggelar pilkada serentak. Meskipun relatif masih cukup panjang waktu perhelatannya, bisa dipastikan bahasan mengenai siapa figur yang layak menggantikan posisi Airin Rachmi Diany yang sudah dua periode memimpin mulai ramai diperbincangkan.
Plus minus selama dua periode memimpin apa yang sudah dilakukan Airin, pada gempita pilkada nanti tak lagi ramai dipergunjingkan. Hal ini menjadi sesuatu yang lumrah. Karena setiap pergantian pemimpin, maka berganti pula pemain kepentingannya dan ini berkorelasi dengan kepentingan si pemimpin baru.
Jadi hanya lips service jika ada yang mengatakan “saya dukung beliau, karena untuk melanjutkan program.” Belum pernah terjadi kondisi demikian, walaupun secara politik, keberlanjutan program antara dua pemimpin yang berbeda sangat dibenarkan.
Pertanyaan kemudian, Tangsel mau kemana? Mau dibawa kemana? Menurut saya inilah pertanyaan yang paling mendasar untuk menakar para figur yang mulai muncul dan menyatakan diri akan bertarung dalam konstestasi pilkada nanti? Tapi setidaknya di awal dalam penakaran itu tak hanya butuh cara kuantitatif, tapi adakalanya dalam politik perlu juga kualitatif.
Contohnya, kita bisa ambil saat Jokowi lebih memilih Ma’ruf Amin di injury time ketimbang Mahfud MD yang sudah gembar-gembor di akhir-babak penentuan. Siapa sangka, Ma’ruf Amin yang di seluruh lembaga survei, hasilnya selalu bontot, sementara Mahfud MD berada di klasemen papan atas. Lagi-lagi, politik tak melulu kuantitatif, adakalanya kualitatif.
Penulis: Luthfi Adam, Warga Serua Indah, Ciputat
Foto: suaratangsel.com