Wamen PPPA : Peringatan Hari Ibu, Peringatan Tentang Perjuangan Perempuan Indonesia

Jakarta (15/12) – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan menilai ada perbedaan mencolok antara para pejuang kemerdekaan di masa lampau dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini ia sampaikan usai pertemuannya dengan salah satu prajurit perempuan pejuang 45, Ibu Sumartini, di kediamannya di Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

“Dalam rangkaian kegiatan Peringatan Hari Ibu ke-96, saya baru saja bertemu dengan Ibu Sumartini, seorang mantan prajurit perempuan pejuang 45. Dari perbincangan kami, saya berpikir bahwa dulu para perempuan pejuang kemerdekaan tahu siapa musuhnya. Yang membuat saya sedih adalah, sekarang kita tidak tahu siapa musuh kita. Kadang-kadang musuh itu ada di sekitar kita, mendekati kita, karena begitu banyak kasus kekerasan yang terjadi,” ujar Wamen PPPA, Veronica Tan, dalam kegiatan Peringatan Hari Ibu ke-96 yang diadakan oleh Srikandi Tenaga Pembangunan (TP) Sriwijaya, Sabtu (14/12).

Wamen PPPA juga menjelaskan bahwa Peringatan Hari Ibu di Indonesia bukan sekadar perayaan untuk para ibu yang telah memiliki anak, melainkan memiliki makna yang dalam sebagai tonggak perjuangan perempuan Indonesia.

“Hari Ibu, yang jatuh pada tanggal 22 Desember, memiliki makna yang sangat penting sebagai awal dari gerakan perempuan di Indonesia. Sampai hari ini, kita masih memperjuangkan agar perempuan bisa mandiri dan berpartisipasi di setiap bidang kompetensi dan pembangunan,” tegas Wamen PPPA.

Menurut Wamen PPPA, perjuangan perempuan ke depan memerlukan gerakan bersama dari semua pihak. Dukungan dari berbagai instansi, lembaga masyarakat, organisasi perempuan, dan seluruh elemen masyarakat diperlukan untuk mengedukasi lingkungan sekitar.

“Hari ini kita bersyukur karena perempuan sudah bisa memperjuangkan hak-haknya. Namun, ke depan, kita juga harus memastikan bahwa laki-laki memahami isu-isu perempuan. Ketika laki-laki bisa mengakui pentingnya perempuan dan anak dalam pembangunan, maka kesetaraan gender akan lebih mudah tercapai,” tambah Veronica Tan.

Ketua Umum Pengurus Srikandi TP Sriwijaya, Nyimas Aliyah, menambahkan bahwa sebagai Organisasi Paguyuban Masyarakat Bengkulu, Lampung, Jambi, Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, yang disingkat BELAJASUMBA, Srikandi TP Sriwijaya fokus pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Hari Ibu ditambahkan Nyimas, adalah momen penting untuk memperkuat komitmen organisasi. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah mengusulkan Ratu Sinuwun, pelopor Gerakan Perempuan abad ke 17 di Nusantara untuk diangkat sebagai pahlawan nasional. Diceritakan, Ratu Sinuwun adalah istri pemimpin kerajaan Palembang Darussalam di abad ke-17 yang dengan tegas menolak tradisi perbudakan dan praktik jual beli perempuan di kalangan kesultanan Palembang. Salah satu kontribusi besar Ratu Sinuwun adalah penulisan Kitab Simbur Cahaya yang dijadikan pedoman dalam menangani kasus kekerasan seksual, pelecehan, dan juga kejahatan jual beli manusia yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

“Melalui Peringatan Hari Ibu ke-96 Tahun 2024 ini, Srikandi TP Sriwijaya memperjuangkan sosok Ratu Sinuhun sebagai pahlawan perempuan dari Sumatera Bagian Selatan. Ini merupakan bentuk penghargaan terhadap pemikiran dan karya besarnya, ‘Simbur Cahaya,’ yang memperjuangkan hak-hak perempuan,” jelas Nyimas Aliyah.

Exit mobile version