Wartaindonesia.co.id – Belakangan, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari banyak perusahaan startup atau perusahaan rintisan tercatat cukup meresahkan. Gelombang PHK itu akibat musim dingin atau masa perlambatan startup yang beberapa bulan ini tengah menghantui para pelaku startup, terutama startup digital.
Diungkapkan Edric Chandra, Program Initiator Diplomat Success Challenge (DSC) 2022, situasi perlambatan ini dapat dialami siapa saja. “Tidak hanya perusahaan startup, perusahaan yang sudah mapan pun bisa mengalami perlambatan yang signifikan. Hal ini wajar saja, karena setiap bisnis pasti ada ups and downs-nya,” ucapnya.
Merujuk portal analisis data pasar dan konsumen Statista dalam laporannya tahun 2021, tantangan terbesar bagi startup terletak pada kemampuan mereka mengelola keuangan. Untuk itu, penting sekali bagi perusahaan baru lebih menaruh perhatian pada keberadaan cash flow dan laporan keuangan. Artinya, sistem finansial dan administrasi yang sehat harus dijalankan sejak awal perusahaan tersebut berdiri.
Masalah lainnya dari startup di Tanah Air adalah terlalu fokus pada transaksi dan valuasi, bukan profit. Dana operasional perusahaan sering kali sepenuhnya bergantung pada pendanaan pihak luar melalui fundraising, private placement, serta pinjaman. Padahal, sebuah perusahaan tidak bisa terus-menerus mengandalkan pendanaan dari pihak luar, termasuk untuk eskalasi apalagi ekspansi bisnis. Untuk itu, pelaku startup juga harus memiliki strategi untuk mendapatkan modal segar dalam bentuk hibah.
Sejatinya, poin penting yang menjadikan perusahaan startup dapat berkembang dengan pesat adalah inovasi. Terutama jika berbicara mengenai startup digital di mana perkembangan teknologi terus bergerak, sehingga produk atau jasa yang ditawarkan bisa menjadi tidak relevan jika perusahaan tidak melakukan inovasi.
Ditambahkan Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC, “Saat memutuskan untuk merintis perusahaan, seorang Founder harus terbiasa melakukan riset secara konsisten terkait industri yang mereka masuki. Bagaimana forecast mengenai perkembangan dan transformasi industri ke depan, sehingga mereka bisa lebih cerdas dalam menentukan trend yang bisa diadopsi ke dalam bisnis mereka.”
Adanya fenomena Bubble Burst startup di seluruh dunia membuat banyak investor cenderung lebih berhati-hati dalam memilih startup yang akan mereka danai. Dibanding melakukan pendanaan kepada startup dengan bisnis yang trending, investor kini lebih tertarik pada bisnis yang lestari (sustainable), yaitu bisnis yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir.
Ekosistem perusahaan rintisan akan semakin kuat dengan banyak bermunculannya inkubator, akselerator, atau jaringan dan program wirausaha seperti DSC, yang notabene akan menjadikan jaringan startup semakin sehat dan akan lahir banyak bidang baru. Para modal ventura atau investor juga akan semakin melirik bisnis yang mengarah ke pembangunan berkelanjutan, karena nyatanya memang perusahaan ini yang dibutuhkan pasar saat ini.
Saat ini, masih bergulir masa pendaftaran Diplomat Success Challenge 2022 hingga 19 September 2022 mendatang. Tidak hanya menawarkan hibah modal usaha dengan total miliaran rupiah, program wirausaha tertua di Indonesia ini juga menawarkan kesempatan pendampingan dan akselerasi oleh para business coach, inkubasi, serta kesempatan berjejaring dengan ratusan founder dan CEO lain di seluruh Indonesia yang nantinya dapat dinikmati oleh finalis DSC.
Diplomat Entrepreneur Network (DEN) adalah jaringan wirausaha yang anggotanya adalah para finalis DSC sejak tahun 2010. Jaringan wirausaha adalah hal yang penting, karena dengan berjejaring seorang founder dapat memiliki tempat bertukar pikiran, berdiskusi, bahkan berkolaborasi.