Strategi 3G demi Memulihkan Industri Pariwisata di Masa Pandemi

Industri Pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19. Merujuk data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Sejak Januari 2020, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia turun sebesar 7,62%, yakni dari 1,27 juta di Januari menjadi 4,02 juta di Desember 2020.

Penurunan juga terjadi pada wisatawan nusantara (wisnus). Merujuk data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), jumlah wisnus mengalami penurunan sebesar 40% pada triwulan kedua 2020, turun 30% pada triwulan ketiga, dan turun kembali sebesar 20% pada triwulan keempat.

Dipaparkan Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) R. Kurleni Ukar dalam  diskusi daring APPRI Connect bertajuk ‘Pariwisata Indonesia dan Rencana Berikutnya’ yang digelar awal Juli ini, penurunan wisman dan wisnus berakibat pada penurunan tenaga kerja di sektor pariwisata. “Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata turun 6,67% selama 2020, jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang jumlah masih mencapai 14,96 juta jiwa,” ucapnya.

Bahkan, devisa pariwisata juga ikutan anjlok sebesar 79,1%. Jika pada tahun 2019, devisa dari sektor pariwisata mampu mencapai US$ 16,9 miliar, pada proyeksi 2020, jumlahnya hanya mencapai US$ 3,54 miliar.

Lantas, bagaimana dengan 2021? Dijawab Kurleni, “Kunjungan wisman pada Mei 2021 masih sangat rendah. Secara keseluruhan, Januari hingga Mei 2021, jumlahnya hanya mencapai 664,5 ribu. Sejatinya, faktor pengendalian pandemi menjadi kunci pemulihan permintaan internasional. Sementara aktivitas wisnus dibatasi oleh kebijakan larangan mudik dan pembatasan mobilitas akibat kembali melonjaknya kasus Covid-19.”

Dalam menyikapi situasi terkini, imbuhnya, Kemenparekraf telah membuat langkah strategis berupa 3G, yakni Gercep [Gerak Cepat], Geber [Gerak Bersama], dan Gaspol [Garap semua potensi lapangan kerja]. Menurutnya, program 3G ini sebagai respon pemerintah untuk beradaptasi dengan keadaan sembari tetap patuh menjalankan protokol kesehatan.

Ditambahkan Kepala Dinas Pariwisata Bali I Putu Astawa, Bali telah menyusun berbagai program dan langkah-langkah penting untuk kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan di berbagai destinasi wisata dan fasilitas publik. Termasuk, menjalankan protokol kesehatan yang tergabung dalam strategi Trust, Trial, dan Travel.

“Kita butuh kolaborasi sebanyak-banyaknya sehingga untuk mewujudkan mimpi kita menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung atau pendapatan bisa kita capai. Bali aman. Kami terus bersinergi dengan polisi, TNI, satpol PP, dan pecalang untuk memastikan semua berjalan lancar,” ungkap I Putu Astawa.

Diakui Director dan Co-Founder Cornellia & Co sekaligus Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Daerah Istimewa Yogyakarta Ayu Cornellia, industri pariwisata perlu mempersiapkan diri dan berbenah di era pandemi ini agar dapat menerima wisatawan sesuai protokol kesehatan. “Kemudian perlu juga didukung dengan komunikasi pemasaran yang harus dilakukan masing-masing destinasi wisata. Say something good (katakan yang baik) kepada masyarakat tentang daerah kita,”  ucapnya.

Co-Founder Tiket.com Gaery Undarsa melihat bahwa tren wisata berubah akibat pandemi. Wisatawan bepergian untuk mencari pengalaman, ingin merasakan budaya masyarakat lokal. “Oleh karena itu, It’s time to reset. Ini waktunya untuk menyesuaikan kembali dan menggali terus hal-hal unik untuk mencari customer baru,” sarannya.

Sementara itu, Wakil Ketua APPRI  Sari Soegondo berharap APPRI Connect  ini dapat menjadi ruang dan kesempatan bagi para praktisi komunikasi pemasaran dan kehumasan untuk saling berkolaborasi dan mendukung sektor pariwisata Indonesia.

Exit mobile version