WARTA INDONESIA – Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, dianggap telah menghina dan melecehkan Kiai-kiai terkait dengan cerita tentang kebiasaan pemberian amplop dalam kunjungan ke pesantren-pesantren.
Aktivis dan Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) Sholeh Basyari menyebutkan cerita Suharso itu sudah menghina para Kiai-kiai dan bisa membuat anggapan pemberian amplop tersebut sebagai cikal budaya korupsi.
“Saya sangat mengecam cerita Suharso tersebut. Apa maksudnya itu? Di depan para Komisioner KPK dan pada acara pembekalan antikorupsi. Sama saja dia menyebutkan itu adalah prilaku korupsi oleh Kiai-kiai. Mana adabnya kepada Kiai? Ketum partai islam, tidak hormat pada Kiai,” kata Sholeh dalam keterangan tertulis, Rabu (17/8).
Sholeh menyebutkan, kebiasaan memberi amplop seperti cerita Suharso, memang ada di pondok pesantren. Tapi itu semua adalah bentuk sumbangan kepada pesantren dan sedekah kepada para santri.
“Yang namanya sedekah, tidak ada kewajiban. Jadi jangan dibuat itu seolah-olah harus, jika tidak ada (amplop) maka tidak akan dilayani. Tidak ada kiai yang seperti itu. Ini sudah masuk pada ranah penghinaan,” lanjut Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) tersebut.
Kata Sholeh, dia bersama dengan para teman-teman aktivis NU dan para santri akan mendesak Suharso untuk memberikan klarifikasi atas pernyataannya itu. Tidak hanya sampai klarifikasi, Sholeh juga akan konsultasi dengan praktisi hukum dari NU, untuk melihat adanya unsur pasal-pasal penghinaan dan pelecehan atas pernyataan itu.
“Pasti, jika ada unsur-unsur pidana yang bisa ditetapkan, kita akan buat laporan. Karena ini sudah menyinggung marwah serta martabat kiai dan pesantren,” pungkasnya.
Sebelumnya, pada kegiatan pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa mendapatkan kesempatan untuk memberikan sambutan. Pada awal sambutannya, Suharso disebut menceritakan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pondok pesantren besar, guna meminta doa dari beberapa kiai yang menurutnya juga kiai besar.
“Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan RasulNya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di whatapps, Pak Plt, tadi ninggalin apa nggak untuk kiai?,” kata Suharso, dalam isi keterangan tertulis dari Sholeh.
Singkat cerita, setelah dijelaskan bahwa harus ada pemberian untuk kiai dan pesantren, Suharso bahkan sempat menyebutkan tidak membawa sarung, peci, Alquran atau lainnya.
“Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I’ve provited one, every week. Dan setiap ketemu Pak, ndak bisa Pak. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu, nggak ada amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar,” lanjutnya.
Suharso juga memberikan menegaskan, bahwa itulah gambaran keadaan pada saat sekarang ini. Dalam sambutannya, Suharso juga sempat menyinggung dua orang Ketua Umum PPP sebelumnya yang tertangkap oleh KPK.