Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu tahun ini nampaknya akan berbeda dengan Pilgub Bengkulu sebelumnya yang hanya diikuti oleh dua pasangan calon, yaitu Ridwan Mukti-Rohidin Mersyah versus Sultan Najamuddin-Mujiono. Pilgub 2020 tahun ini diprediksi akan diikuti oleh lebih dari dua pasangan calon.
Berdasarkan opini publik dan perbincangan para pengamat, setidaknya ada sejumlah kandidat yang berpotensi maju. Bahkan sejumlah nama tersebut telah mendaftarkan diri pada beberapa partai politik. Diantara nama yang muncul adalah Rohidin Mersyah (Petahana Gubernur Bengkulu), Rosjonsyah (Bupati Lebong), Ahmad Hijazi (Bupati Rejang Lebong), Helmi Hasan (Wali Kota Bengkulu), Agusrin M Najamuddin (Mantan Gubernur), dan Imron Rosyadi (Anggota DPRD Provinsi Bengkulu 2019-2024).
Meski banyak nama, namun Pilgub kali ini diprediksi hanya akan diikuti oleh tiga atau empat pasangan calon. Demikian dikemukakan Aktivis Forum Pemerhati Pilkada Bengkulu (FPPB), Fajri Indrabuana.
“Pilgub Bengkulu tahun ini akan berlangsung sengit. Sebab ada potensi banyak kepala daerah (Bupati/Walikota) yang akan ikut bersaing memperbutkan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur,” ungkap Fajri, kepada sejumlah wartawan, Senin (13/01).
Fenomena Bupati/Walikota maju dalam Pilgub, lanjut Fajri bukanlah hal baru dalam Pilkada. Namun menurutnya petahana tetap memiliki potensi yang lebih besar dibanding pesaingnya.
“Sehebat apapun pesaingnya, petahana selalu lebih kuat untuk melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua. Kasus Pilgub Bengkulu misalnya, Rohidin Mersyah tetap memiliki posisi paling kuat dibandingkan para pesaingnya,” lanjutnya.
Senada dengan Fajri, Bambang Gintara, peneliti muda Pusat Study Demokrasi Bengkulu (PSDB) mengatakan salah satu faktor utama kekuatan Rohidin adalah pengalaman dan kepuasaan masyarakat atas kepemimpinan Rohidin.
“Masyarakat tentu lebih yakin pada sosok yang berpengalaman seperti Rohidin dibanding orang lain. Apalagi Rohidin terkenal bersih dan tidak ada cacat kasus korupsi misalnya,” terang Bambang.
Jika dihitung secara kekuatan politik, Rohidin akan berhadapan dengan dua Bupati, satu Walikota, mantan Gubernur dan Anggota DPRD.
Rohidin Mersyah vs Helmi Hasan
Meski keduanya merupakan Ketua Umum Partai di Provinsi Bengkulu, namun kursi Golkar di DPRD Provinsi jauh lebih banyak (7 kursi) dibandingkan PAN (2 kursi). Artinya Rohidin secara kekuatan partai lebih unggul. Selain itu secara prestasi dan pengalaman Rohidin juga lebih unggul.
“Keduanya pimpinan partai di Bengkulu. Namun jika head to head Rohidin tetap unggul. Baik secara kekuatan partai ataupun pengalaman dan prestasi. Apalagi jika ada sentimen putra daerah dan non putra daerah, habis sudah itu,” jelas Bambang.
Rosjonsyah, Ahmad Hijazi dan Imron Rosyadi
Meski punya basis masa namun kedua Bupati dua periode dan Anggota Dewan tersebut dapat dikatakan berpotensi kecil untuk menang. Seperti disampaikan oleh pengamat politik Universitas Bengkulu yang juga sebagai Dosen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Mirza Yasben. Menurutnya kedua bupati ini tidak berpeluang dalam mengumpulkan suara masyarakat Provinsi Bengkulu.
“Cukup berat, cakupan Provinsi ini luas sehingga dalam aspek popularitas juga dibutuhkan. Kalau gebrakan-gebrakan yang dilakukan oleh kedua bupati ini banyak dilirik maka mereka punya popularitas yang cukup, begitu juga sebaliknya. Bukan tidak ada peluang tapi peluangnya kecil,” ujar Mirza Yasben.
Menurut Mirza Yaseben, saat ini masyarakat Bengkulu sudah cukup pintar dalam memilih seorang pemimpin. Dan sudah bisa melihat serta merasakan baik kemajuan maupun kemunduran suatu daerah.
“Masyarakat inilah yang akan menilai dengan melihat perubahan-perubahan apa saja yang telah dicapai di setiap daerah tersebut. Dan sudah pantaskan mereka untuk membangun Bengkulu dilihat dari gebrakan-gebrakan dari kepemimpinan kedua calon tersebut di daerahnya masing-masing,” tutup Mirza.
Sedangkan menurut Bambang, selain popularitas, dirinya juga menyebut kesulitan Ahmad Hijazi yang dua kali ikut Pilkada lewat jalur independen. Apalagi belakangan diketahui Hijazi mendaftarkan diri pada PKB.
“Tentu semakin berat jika kandidat tidak memiliki kendaraan. Apalagi sejak awal Hijazi sudah mendeklarasikan pasangannya yakni Anarulita Mukhtar. Jelas ini inkonsesistensi Hijazi yang awalnya akan maju lewat jalur independen,” imbuh Bambang.
Rohidin Mersyah vs Agusrin
Meski tim Agusrin mengklaim bisa mencalonkan diri sebagai Gubernur, namun langkah menuju Bengkulu satu tetap tak mudah. Apalagi dirinya pernah tersandung kasus korupsi yang secara aturan harus mengumumkan status mantan napi tersebut kepada publik.
“Menurut saya ini isyarat yah, meskipun MK mengabulkan mantan napi ikut Pilkada, namun masyarakat sudah cerdas memilih pemimpin yang layak memimpin. Saya pikir mantan napi seperti Agusrin sulit mendapat kepercayaan publik. Berbeda dengan Rohidin yang terkenal bersih dan kaya prestasi,” pungkas Bambang.