Vientiane, — Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN menjadi ajang bagi para pemimpin negara untuk berbincang dan berdiskusi tentang berbagai hal penting, mulai dari perekonomian hingga keamanan. Tidak hanya negara-negara di Asia Tenggara, pertemuan tahunan ini juga diikuti oleh sejumlah negara yang menjalin hubungan kerja sama dengan negara anggota ASEAN, seperti China, Korea, dan Jepang.
Pada pertemuan ASEAN-RRT (Republik Rakyat Tiongkok), Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin mengatakan, saat ini dunia tengah diombang-ambing oleh ketidakpastian. Namun begitu, ia mengungkap bahwa kerja sama perdagangan antara ASEAN dengan RRT tetap dapat berlangsung, bahkan mengalami peningkatan hingga mencapai 702 miliar USD pada tahun 2023, sebagaimana disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi L.P.
“Kuatnya kerja sama ekonomi ini sangat diyakini akan dapat diperkuat, sekali lagi Pak Wapres mengatakan, jika kita mampu menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan,” tuturnya dalam keterangan pers pada hari ke-2 KTT Ke-44 dan Ke-45 ASEAN, di National Convention Center, Vientiane, Laos, Kamis (10/10/2024).
Lebih lanjut Retno menyebutkan, terdapat tiga hal penting yang ditekankan Wapres dalam pertemuan ini.
“Yang pertama, ASEAN-RRT harus bekerja keras untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Terkait hal ini Indonesia mendukung dilakukannya trilateral meeting antara RRT, Jepang, dan Korea Selatan yang dilakukan pada bulan Mei yang lalu,” imbaunya.
Sebab, pertemuan trilateral antara tiga negara ini memberikan kontribusi terhadap upaya ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
“Yang kedua, dengan ASEAN-RRT, Pak Wapres juga menyampaikan situasi di Laut China Selatan. Pak Wapres tekankan pentingnya sengketa harus diselesaikan melalui dialog dan negosiasi dengan menerapkan hukum internasional, utamanya UNCLOS 1982,” ujar Retno.
Terkait dengan hal ini, Wapres juga menegaskan pentingnya mengaktifkan kembali (reaktivasi) jalur komunikasi langsung antara para pejabat RRT dan ASEAN. Diketahui, jalur komunikasi langsung ini sudah disepakati sejak 2016, sehingga dirasa perlu reaktivasi guna mencegah insiden di Laut China Selatan.
“Hal ketiga yang disampaikan Pak Wapres, adalah pentingnya penguatan kemitraan inklusif dan berkelanjutan. Di dalam hal ini, Pak Wapres menyambut baik penyelesaian substansial negosiasi Peningkatan Perjanjian Perdagangan ASEAN-RRT 3.0 atau singkatannya ACFTA 3.0,” papar Retno.
“Sebagai informasi teman-teman, upgrade ACFTA ini tidak hanya memperbarui komitmen lama terkait kepabeanan, standar dan regulasi teknis, serta sanitary dan phytosanitary, tetapi juga mempromosikan dukungan bagi UMKM, dan area baru, seperti rantai pasok, ekonomi hijau, dan ekonomi digital yang akan semakin menjadi katalis peningkatan perdagangan ASEAN-RRT,” imbuhnya.
Selanjutnya, Retno juga mengatakan, pertemuan ASEAN-RRT ini menghasilkan 9 dokumen, diantaranya terkait smart agriculture, pembangunan ekosistem digital, dan penanganan online gambling.
Sementara pada pertemuan ASEAN-ROK (Republic Of Korea), tahun 2024 menggenapkan 35 tahun kemitraan ASEAN dengan ROK. Momen ini dinilai tepat untuk menjadi waktu bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan status kemitraannya. Oleh karena itu, tahun ini status kemitraan ASEAN-ROK menjadi Comprehensive Strategic Partnership (CSP).
Pada kesempatan tersebut, Wapres mengangkat 2 poin yang perlu diprioritaskan.
“Pertama, pentingnya percepatan transisi energi. Pak Wapres menyampaikan bahwa ASEAN memerlukan investasi hijau sebesar 726 juta sampai 1 miliar US dolar,” ujarnya.
Oleh karena itu, ASEAN-ROK diharapkan mampu mendorong pendanaan inklusif dan penyediaan teknologi energi bersih yang efektif.
“Yang kedua, Wapres menekankan perlunya menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik,” tambahnya.
Retno menyebutkan, pertemuan ASEAN-ROK menghasilkan 5 dokumen kerja sama, termasuk komitmen bersama untuk melakukan percepatan transisi energi dan menjaga stabilitas kawasan.
Adapun pada pertemuan ASEAN dengan Jepang, Wapres menggarisbawahi pentingnya kemitraan yang berorientasi ke depan dengan 3 area kerjasama yang dapat menjadi prioritas.
Tiga hal penting yang disampaikan Pak Wapres pada kesempatan ini, pertama yang terkait ekonomi hijau.
“Dukungan Jepang sangat diperlukan khususnya melalui mekanisme pembiayaan inovatif dan transfer teknologi yang rendah karbon,” jelasnya.
Yang kedua, transformasi ekonomi digital yang diharapkan menjadi penyokong bagi penguatan keterampilan masyarakat dan integrasi UMKM ke dalam ekosistem digital.
“Dan yang ketiga, Pak Wapres sampaikan apresiasi kepada Jepang atas dukungannya terhadap AOIP,” ucap Retno.
“Untuk ASEAN-Jepang ini ada dokumen yang dihasilkan yaitu Chair’s Statement dan kemajuan implementasi kerja sama persahabatan ASEAN-Jepang,” tutur Retno. (HB/AS – rls)