Obat Antibiotik untuk Diare yang Disebakan Karena Infeksi Bakteri

 

Diare umumnya terjadi akibat adanya infeksi bakteri, virus, maupun parasit yang menyerang sistem pencernaan. Masalah buang-buang air umumnya dapat sembuh sendiri dengan mengonsumsi banyak cairan dan istirahat cukup. Sementara itu, sistem kekebalan tubuh Anda akan terus aktif bekerja melawan infeksi yang menyebabkannya. Namun untuk beberapa kasus yang parah, diare mungkin harus diatasi dengan obat antibiotik dari dokter.

Obat antibiotik untuk mengatasi diare

Tidak sembarangan kasus diare yang bisa diobati dengan antibiotik. Antibiotik adalah obat untuk mematikan bakteri dalam tubuh, sehingga hanya akan diresepkan dan efektif untuk kasus diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Di sisi lain, tidak sembarang pula antibiotik yang bisa diresepkan untuk masalah diare. Kebanyakan efek samping dari obat antibiotik sebetulnya bisa mengganggu sistem pencernaan sampai menyebabkan diare.

Maka saat meresepkan antibiotik untuk diare, dokter harus memastikan dulu diagnosisnya apakah benar disebabkan oleh infeksi bakteri atau bukan. Biasanya untuk membuat diagnosis ini dokter akan menguji sampel feses Anda di laboratorium.

Berikut adalah beberapa jenis obat antibiotik yang akan diresepkan dokter:

1. Cotrimoxazole

Cotrimoxazole adalah antibiotik yang mengandung dua jenis zat obat, sulfametoksazol dan trimetoprim, untuk menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.

Antibiotik ini biasanya diresepkan untuk kasus diare yang disebabkan oleh infeksi Escherichia coli (E. coli). Antibiotik ini dapat dikonsumsi oleh anak-anak dan orang yang alergi terhadap penisilin. Akan tetapi tidak cocok untuk orang yang alergi terhadap obat sulfonamid.

Dosis cotrimoxazole diberikan berbeda-beda tergantung dari usia dan berat badan pasien. Umumnya orang dewasa akan diberikan 2 tablet sebanyak 2 kali sehari, sementara untuk anak-anak dosisnya akan tergantung pada berat badan mereka.

Efek samping yang paling umum dari obat ini adalah sakit kepala. Jika Anda mengalami ruam kulit atau reaksi jenis alergi apa pun, beri tahu dokter Anda segera.

2. Cefixime

Cefixime adalah antibiotik golongan sefalosporin yang bekerja melawan bakteri di tubuh Anda.

Menurut penelitian tahun 2010, obat cefixime diyakini manjur untuk cepat memulihkan diare terutama pada kasus gastroenteritis (muntaber) akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Dari 68 peserta uji, sebagian diberikan cefixime dan sebagian lainnya diberikan pil plasebo (obat kosong) untuk mengobati diare. Hasilnya, orang yang mengonsumsi cefixime lebih cepat sembuh daripada yang minum plasebo.

Pasien yang diobati pakai cefixime rata-rata diarenya membaik dalam waktu 55 jam setelah minum obat. Sementara orang yang diberikan pil kosong, kondisi mereka baru membaik setelah 80 jam.

Meski begitu, penelitian ini tidak menemukan cefixime dapat tuntas mematikan seluruh bakteri Salmonella Typhi yang menjadi penyebab diare.

3. Metronidazole

Metronidazole adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati diare akibat infeksi bakteri atau infeksi parasit giardiasis. Infeksi Giardia umumnya menimbulkan kram perut, kembung, mual, dan serangan diare encer.

Dosis obat metronidazole biasanya diresepkan 250-750 mg untuk diminum tiga kali sehari selama 7 hingga 10 hari diare.

Obat ini punya efek samping seperti sakit kepala dan pusing. Maka, minum sesuai resep dan dosis dokter agar risikonya terminimalisir.

4. Azythromycin

Azythromycin adalah obat antibiotik golongan makrolida (termasuk juga eritromisin) yang bekerja melawan bakteri.

Menurut penelitian tahun 2017, azitromisin umum digunakan untuk mengatasi diare wisatawan (Traveller’s Diarrhea) yang disebabkan oleh bakteri Campylobacter jejuni. Penelitian tersebut mengamati kasus diare yang dialami oleh sejumlah wisatawan di Thailand, yang telah diminta minum obat azitromisin. Hasilnya, gejala diare mereka membaik dalam 72 jam setelah minum obat dengan dosis resep dokter.

Azitromisin memiliki efek samping seperti sakit perut ringan, kebelet buang air besar, mual, muntah, sembelit, dan perut kembung. Namun, efek samping ini termasuk ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya.

5. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan fluoroquinolone. Antibiotik ini berguna untuk mengatasi bakteri Campylobacter jejuni dan Salmonella enteritidis penyebab diare.

Masih dalam penelitian yang sama seperti di atas, ciprofloxacin dianggap mampu menjadi obat antibiotik untuk diare dan akan diberikan apabila efek obat lini pertama seperti cotrimoxazole dan cefixime tidak ampuh.

Terlebih, pemberian obat ciprofloxacin secara oral (diminum) diyakini akan lebih cepat diserap dengan baik oleh saluran cerna. Namun, pemberian obat ini hanya berlaku pada area atau daerah yang tidak memiliki kasus resistensi antibiotik fluoroquinolone.

6. Levofloxacin

Levofloxacin adalah antibiotik fluoroquinolone yang satu golongan dengan ciprofloxacin. Obat antibiotik ini juga digunakan untuk membunuh bakteri penyebab diare. Dokter bisa memberikan dosis obat antibiotik levofloxacin secara tunggal.

Kerja obat antibiotik levofloxacin untuk mengatasi diare rata-rata sekitar 6 hingga 9 jam.

Perawatan diare di rumah sembari minum obat

Gejala diare umumnya akan berangsur sembuh dalam 1 sampai 3 hari. Sembari menghabiskan antibiotik yang diresepkan dokter, Anda bisa melakukan beberapa perawatan rumahan di bawah ini agar diare bisa lebih cepat sembuh:

1. Konsumsi banyak cairan

Saat diare menyerang, tubuh akan kehilangan banyak cairan yang terus keluar bersama feses. Untuk mencegah kekurangan cairan dalam tubuh, konsumsi cairan yang banyak selama diare. Anda bisa minum air mineral yang banyak, atau makan makanan berkuah hangat seperti sup ayam bening atau sayur bayam bening.

2. Minum oralit

Anda perlu mengonsumsi banyak cairan selama dan sesudah diare menyerang agar tidak sampai kena dehidrasi. Selain minum banyak air putih, mungkin perlu juga untuk menambahkan minum larutan oralit selama sedang diare.

Cairan oralit dapat membantu menggantikan kadar elektrolit tubuh yang hilang karena Anda terus buang-buang air. Oralit bisa menjaga kadar mineral dan elektrolit dalam tubuh tetap seimbang sehingga menurunkan risiko Anda mengalami dehidrasi.

3. Makan makanan rendah serat

Pisang, nasi putih, roti tawar panggang (tanpa selai atau topping), dan apel yang dihaluskan merupakan makanan rendah serat namun berkarbohidrat tinggi.

Saat diare, Anda dianjurkan mengonsumsi makanan tersebut untuk menjaga usus dan lambung tidak bekerja terlalu keras. Makanan rendah serat baik dikonsumsi karena memudahkan sistem pencernaan untuk memproses makanan di kala sedang terserang infeksi.

Makanan tersebut juga tinggi karbohidrat yang dapat cepat menghasilkan energi untuk membantu tubuh melawan bakteri penyebab diare.

Exit mobile version