SOE International Conference & Expo 2022: Driving Sustainable and Inclusive Growth baru saja digelar di Nusa Dua, Bali, pada 17-18 Oktober 2022 lalu. Pada konferensi tersebut, dihadirkan pameran yang menampilkan kinerja, inisiatif, dan program BUMN dengan fokus pada keberhasilan transformasi dan tiga prioritas Presidensi G20, yakni arsitektur layanan kesehatan, inklusi ekonomi melalui digitalisasi, dan transisi energi.
Holding Perkebunan Nusantara menjadi salah satu BUMN yang turut berpartisipasi pada gelaran tersebut. Salah satu bentuk dukungannya adalah transisi energi ramah lingkungan, melalui kerja sama dengan Pertamina NRE, dalam hal ini Pertagas Niaga terkait pemanfaatan Compressed Biomethane.
“Kerja sama ini sejalan dengan Program Strategis PTPN yang juga ditetapkan sebagai Program Strategis Nasional (PSN),” kata Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (persero) Mohammad Abdul Ghani, usai penandatanganan perjanjian tersebut di SOE International Conference & Expo 2022.
Lebih jauh ia menegaskan bahwa pemanfaatan compressed biomethane, selain akan berkontribusi baik terhadap lingkungan, juga diharapkan mampu mengurangi impor LPG, sehingga membantu penghematan keuangan negara. “PTPN III (Persero) selaku induk Holding di klaster perkebunan dan kehutanan, juga mencanangkan program Akselerasi Pengembangan Energi Baru Terbarukan melalui pengembangan pabrik BioCNG berbasis limbah cair kelapa sawit (POME),” ujarnya.
Abdul Ghani menyampaikan, kerja sama antara kedua belah pihak mencakup pengembangan fasilitas produksi biomethane. Nantinya, PTPN III (persero) akan menyuplai bahan baku berupa limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN III di Bah Jambi, Sei Silau, dan Sei Meranti.
POME akan diolah menjadi biogas dan kemudian dilakukan pemurnian serta dikompresi menjadi compressed biomethane di plant milik Pertamina NRE. Sedangkan Pertagas Niaga membeli compressed biomethane dari Pertamina NRE dengan total volume mencapai 300 MMBTU/hari per lokasi PKS.
Komitmen PTPN Group dalam mendukung transisi energi bersih, juga dilakukan melalui revitalisasi industri gula nasional, yakni dengan membentuk PT Sinergi Gula Nusantara atau SugarCo, sebagai subholding industri gula. Pembentukan SugarCo akan berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus energi nasional. “Selain solusi untuk percepatan swasembada gula konsumsi, peningkatan kesejahteraan petani tebu, dan menjaga stok gula konsumsi untuk stabilisasi harga, SugarCo juga diproyeksikan untuk mewujudkan kedaulatan energi melalui bioethanol berbasis tanaman tebu yang memberi kontribusi nyata terhadap Biofuel sebagai energi baru terbarukan (EBT),” ucapnya.
Sejalan dengan peningkatan produktivitas gula yang dilakukan PT SGN, kata Abdul Ghani, nantinya produksi bioethanol berbasis tebu yang memberikan kontribusi nyata pada biofuel diharapkan dapat turut meningkat. Dari 394 ribu kiloliter produksi bioethanol nasional di 2022, ditargetkan untuk bisa menghasilkan 1,2 juta kiloliter bioethanol di tahun 2030. Potensi campuran bahan bakar minyak dari 6% di 2022, menjadi 13,8% di tahun 2030. Ini sejalan dengan sustainable energy transition yang menjadi salah satu agenda prioritas G-20 di Bali, selain global health architecture dan digital transformation.
Abdul Ghani menegaskan, “Berbagai upaya tersebut adalah hal yang penting dilakukan untuk bauran energi kendaraan yang ramah lingkungan.”Dengan demikian, negara akan memiliki alternatif energi untuk mengurangi beban ketergantungan impor BBM.”