Jakarta – Gerakan khilafah di Mozambik diduga berakar akibat keretakan hubungan antara pemerintah sipil dan militer yang berujung konflik.
Pengamat politik Mozambik, Adriano Nuvunga menuturkan, diduga para milisi bersenjata tersebut berasal dari tubuh militer sendiri.
Mereka diyakini tidak lagi membidik warga sipil, akan tetapi indikasinya perang tersebut menyangkut penguasaan sumber daya alam yang berlimpah di provinsi tersebut.
“Mereka tidak lagi membidik warga sipil. Mengindikasikan perang ini sangkut pautnya tentang sumber daya alam,” kata Andriano yang juga dosen Universitas Eduardo Mondlane, Maputo, Kamis (16/4).
Menurut sumber yang dihimpun, Provinsi Cabo Delgado banyak menyimpan cadangan gas alam. Gas alam di Cabo mampu memproduksi 80 persen batu rubi di pasar internasional.
Kondisi itu terbalik dengan masyarakat setempat dirundung kemiskinan sehingga sangat rentan atas konflik bersenjata.
Total EP perusahaan minyak asal Prancis tercatat memiliki saham sebesar 25 miliar dolar AS di proyek gas alam cair di Palma, 60 kilometer dari Mocimba da Praia. Perusahaan lainnya, Exxon Mobil mendapat tengah mengeksploitasi dan eksplorasi ceruk Rovuma di kawasan pesisir utara Mozambik.
Kedua perusahaan berulangkali mendesak pemerintah di Maputo untuk mengirimkan lebih banyak tentara guna pengamanan kegiatan produksi.
“Kelompok itu menyerang kota-kota strategis seperti Mocimboa da Praia,” kata pengamat keamanan Afrika, Morier Genoud. Mocimba da Praia adalah salah satu kota yang punya bandar udara dan pelabuhan. (Red)