Corona Virus seperti Bom Atom Hiroshima Nagasaki

Jakarta – Virus Corona sangat mirip dengan bom atom yang dijatuhkan tepat di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Akibatnya semua sektor tertatih-tatih bahkan mengalami kelumpuhan. Itulah yang dikemukakan M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI) dalam sebuah artikelnya yang dikutip, Sabtu (11/4).

Menurut artikelnya, Arif menjelaskan bahwa Covid-19 bukanlah sekedar cerita tentang wabah, tetapi seperti isu yang menggiring pada sebuah agenda pemusnahan massal, depopulasi secara berkala dan biadab, akan tetapi dengan cara yang beradab.

Secara open agenda, virus corona disikapi sebagai isu kesehatan dan/atau perjuangan kemanusiaan, tetapi secara agenda tersembunyi, Arif menegaskan inilah Perang Dunia III dengan modus nirmiliter. Tanpa ada kontak senjata, tetapi memiliki daya rusak tinggi terhadap kehidupan individu, kelompok maupun negara.

Bayangkan saja, skalanya melebar hingga ke 200 negara dan menelan banyak korban jiwa, kemudian kelumpuhan ekonomi, pengangguran, kelaparan ataupun efek psikis berupa kepanikan publik global.

“Secara tak sengaja, Covid-19 telah menciptakan industri baru dengan fabrikasi ketakutan, kepanikan, serta ketidakpercayaan global. Inilah yang kini berlangsung,” demikian menurut Arif dalam artikelnya.

Ia mengingatkan kembali pada krisis ekonomi yang dialami Asia tak terkecuali Indonesia pada 1997. Krisis yang disebabkan penarikan dollar AS dilakukan masif dan sistematis oleh invisible hands jelang jatuh tempo utang swasta dan pemerintah.

Modus tersebut menyebabkan banyak perusahaan besar kolaps, utang pemerintah menggunung, devisa tergerus. Hanya sektor riil dan UKM yang tidak terlalu kena dampak.

Agaknya hari ini, di tengah virus corona yang mewabah, cukup melalui lockdown beserta turunannya, implikasinya bukan cuma perusahan besar yang rontok, tetapi pasar saham pun berguguran termasuk sektor riil di level bawah yang pada krisis 1997 dulu berjaya. (Msd)

Exit mobile version