Merger dan akuisisi adalah hal yang sangat menantang di dunia korporasi. Tidak hanya bagi profesional di manajemen, namun juga bagi para marketer sebagai ujung tombak perusahaan. Itulah yang dirasakan Anie Rachmayani ketika proses akuisisi Merck Consumer Health oleh Procter & Gamble (P&G) pada 2018.
Bagi Anie yang kini menjabat sebagai Brand Director, masa-masa transisi itu merupakan golden moment yang ia anggap sebagai salah satu proses belajar yang menempa kemampuan untuk tetap fokus pada kepentingan konsumen di tengah banyak distraksi akibat proses akuisisi tersebut. “Pada akhirnya, sebagai marketer kami bangga dapat mencatatkan berbagai pencapaian sebagai hasil dari fokus pada konsumen,” ujar perempuan yang memantapkan positioning-nya sebagai pemasar FMCG di industri health care ini setelah lebih dari 20 tahun menimba pengalaman di dunia branding dan marketing.
Anie mengawali karirnya sebagai marketer pada tahun 2000, selepas lulus dari jurusan Hortikultura IPB University, dengan posisi Marketing Trainee di Fonterra. Lepas dari perusahaan susu terkemuka itu pada 2007, Anie konsisten membangun karirnya di bidang pemasaran sebagai Brand Manager – Senior Brand Manager – Head of Marketing – Country Marketing Head di berbagai perusahaan Multinasional seperti GSK, Danone, Bayer, Merck, Syngenta, dan terkini P&G.
Di perusahaan terakhir ini Anie mengaku sangat nyaman dengan corporate culture-nya. Perusahaan asal Amerika ini ia nilai sangat mendukung kemajuan karyawan, serta dukungan untuk kesejahteraan karyawan. Salah satu contohnya, adanya cuti berbayar selama 4 minggu untuk para ayah yang baru saja memiliki anak; di samping cuti berbayar untuk ibu selama 3,5 bulan dengan opsi memperpanjang hingga 6,5 bulan. P&G merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki kebijakan cuti paternitas. Dua kali bergabung dengan P&G, ia merasa perusahaan multinasional tersebut adalah sekolah terbaik untuk terus belajar dan praktik ilmu marketing.
Anie bergabung dengan P&G saat Merck Consumer Health diakuisisi oleh P&G pada 2018. Sempat keluar untuk bergabung dengan sebuah perusahaan agrokimia terkemuka, namun satu tahun kemudian ia memilih kembali lagi ke P&G—karena ternyata minatnya lebih kepada industri Kesehatan Konsumen—dan mendapat kepercayaan menduduki posisi Brand Director kategori Personal Healthcare (Nerve, Pain & Vitamins) P&G Health Indonesia.
Menghadapi Tantangan Pandemik
Selang setahun setelah kembali ke P&G, Anie Rachmayani kembali menghadapi tantangan dalam mengawal brands yang dikelolanya: pandemik! Sebagai komandan dari para brand guardians, Anie menyadari ia harus menjadi garda terdepan yang mengajak team-nya untuk melihat berbagai tantangan ini sebagai peluang.
Maka munculkan tiga strategi Anie menghadapi pandemik ini. Pertama, tetap konsisten melakukan komunikasi dalam upaya membangun brand, sesuai dengan equitas masing-masing brand. Kedua, konsisten melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama tentang kebiasaan hidup sehat melalui brand message beberapa produk yang ia pegang. Contohnya, brand Neurobion, yang adalah produk kombinasi Vitamin B Neurotropik untuk mengatasi Kebas dan Kesemutan, mengajak audiens agar tetap bergerak demi menjaga gaya hidup sehat melalui digital activation #Anti2K #Neuromove. Ketiga, menjaga relevansi brand dengan konsumen di tengah perubahan pola berfikir dan belanja konsumen.
Anie mengamati, era disruption terutama di masa pandemik sekarang telah membuat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan menjadi semakin baik. Gaya hidup sehat dan back to nature semakin popular, dan semakin banyak yang gemar berolahraga. Tentunya dengan kewajiban senantiasa menjalani prokes.
Perubahan tersebut, menurutnya, memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap consumer healthcare industry. Tanpa menyebut angka, Anie mengakui terjadinya peningkatan demand terhadap produk-produk penunjang kesehatan seperti Neurobion, Sangobion, DoloNeurobion dan Cavit D3.
Perubahan lain adalah pergeseran pola belanja konsumen dari offline ke online platform, seiring kebiasaan baru yang lebih banyak berdiam di rumah. Hal ini memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan e-commerce, karena aktivitas belanja secara digital meningkat signifikan.
Perkara menghadapi disrupsi, wanita penggemar traveling ini mengaku tidak terlalu kaget karena sejak beberapa tahun lalu pola komunikasi P&G sudah menerapkan pendekatan omni-channel.
Karena itu, ketika pandemik “mengurung” semua orang di rumah, Neurobion misalnya, sontak mengalihkan berbagai kegiatan aktivasinya dalam bentuk online experience, yaitu mengajak masyarakat bergerak melalui sesi virtual Neuromove di digital channel.
“Yang penting tetap utamakan konsumen, jadikan mereka centre of attention. Kedua, dengan banyaknya disrupsi dan kebiasaan baru, pastikan produk kita tetap relevan dengan konsumen. Jangan lepaskan engagement,” paparnya berbagi tips.
Akhirnya, apakah Anie sudah merasa sukses dengan pencapaiannya sepanjang 20 tahun terakhir ini? “Sukses adalah keseimbangan antara kehidupan pribadi dan professional,” katanya menutup wawancara khusus dengan MIX. (Bin/Lis)