Optimis adalah sebuah sikap mental yang yakin bahwa sesuatu yang baik akan selalu datang. Normalnya, optimis mendatangkan kebaikan. Akan tetapi, jika terlalu optimis apakah ada akibat buruk yang ditimbulkan?
Bersikap penuh pengharapan dan selalu berpikiran positif memang sering dikaitkan dengan sifat baik. Menjadi seseorang yang optimis tidak jarang mendatangkan hal-hal yang baik, seperti memotivasi Anda untuk mengejar impian.
Akan tetapi, pikiran positif tersebut tidak selamanya baik. Bahkan, terlalu optimis bisa membawa akibat buruk dalam hidup yang mungkin saja tidak Anda sadari. Apa saja?
1. Mengambil keputusan yang buruk
Orang yang bersikap terlalu optimis memang tidak selamanya mengharapkan hidupnya berjalan mulus, tetapi sikap ini dapat membuat Anda mengambil keputusan yang buruk.
Keputusan buruk tersebut muncul akibat orang yang terlalu optimis menganggap tidak ada yang perlu dikhawatirkan di masa depan sehingga membuatnya menjadi lengah.
Bisa jadi, mereka terlalu percaya dengan kemampuannya diri sendiri. Bahkan, kepercayaan diri tersebut tidak jarang membuat mereka menutup diri dari pendapat orang lain.
Misalnya, Anda tidak belajar untuk ujian keesokan harinya karena Anda selalu mendapat nilai yang baik, bahkan mengabaikan masukan dari teman yang berusaha memberikan informasi baru.
Padahal, menurut jurnal yang membahas tentang rasa optimis yang berlebihan, orang yang terlalu optimis justru lebih banyak membuat kesalahan ketika mengerjakan soal matematika.
Percaya diri memang harus, tetapi menuju medan perang tanpa mempersiapkan apa pun karena terlalu percaya dengan diri sendiri juga tidak baik.
2. Tidak menerima kenyataan seutuhnya
Berbeda dengan berpikiran positif tapi realistis, terlalu optimis dapat membuat Anda menutup mata terhadap kenyataan.
Misalnya, Anda mengira bahwa semua orang setuju dengan pidato yang Anda sampaikan. Padahal kenyataannya pasti ada segelintir yang mungkin tak menyetujuinya.
Rasa optimisme yang berlebihan itu akhirnya membuat Anda merasa sempurna dan tidak berusaha untuk memperbaiki kesalahan.
Hal ini juga bisa terjadi pada hubungan asmara. Anda terlalu optimis bahwa hubungan Anda pasti berjalan baik-baik saja karena Anda merasa bahwa Anda berdua pasangan ideal, sehingga membawa akibat Anda tutup mata dengan konflik-konflik yang sebenarnya ada.
Terlalu optimis akan membawa akibat buruk, karena membuat Anda terperangkap pada kondisi di mana Anda hanya mau menerima yang baik-baik saja.
3. Mengabaikan risiko yang akan dihadapi
Salah satu akibat dari terlalu optimis adalah mengabaikan risiko yang mungkin dihadapi dari segala tindakan yang dilalui.
Misalnya, Anda sangat yakin bahwa bisnis atau investasi yang sedang Anda jalani akan memperoleh untung besar.
Sebenarnya, sifat tersebut baik karena membuat Anda lebih termotivasi. Akan tetapi, jika optimisme berlebihan, Anda malah tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi adanya risiko kegagalan.
Mengapa seseorang bisa terlalu optimis?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sifat optimis berlebihan ini akhirnya muncul, antara lain:
- Kejadian yang sangat jarang terjadi. Misalnya, bencana alam seperti banjir sering disepelekan oleh orang yang tinggal di dataran tinggi.
- Terlalu percaya terhadap kemampuan diri sendiri, sehingga membuat Anda kurang persiapan terhadap risiko dari masalah yang sedang Anda tangani.
- Peristiwa negatif yang tidak mungkin terjadi pada kehidupannya, seperti merasa tidak mungkin menderita penyakit kanker karena telah menjalani gaya hidup sehat
Menyeimbangkan antara pikiran positif dan negatif
Berpikiran positif memang baik untuk menyemangati diri sendiri agar tidak cepat menyerah.
Akan tetapi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terlalu optimis justru hanya mendatangkan akibat yang berpengaruh besar terhadap hidup Anda.
Oleh karena itu, cobalah untuk menyeimbangkan pola pikir Anda. Misalnya, berpikir rasional, tetapi masih bisa memiliki pandangan yang positif.
Contohnya, dibandingkan berpikir Anda akan lulus ujian ini, lebih baik menggantinya dengan pikiran untuk melakukan yang terbaik apa pun hasilnya.
Setidaknya, hal tersebut dapat mengurangi rasa kecewa di dalam diri Anda karena berharap terlalu lebih. Hal ini bertujuan agar Anda mengakui setiap orang memiliki keterbatasan, kelemahan, dan kegagalan.
Pikiran seperti itu penting untuk melindungi diri Anda dari akibat terlalu optimis dan setidaknya Anda mengetahui dengan benar bahwa prinsip tiada usaha yang mengkhianati hasil itu sungguh benar adanya.